“Sang pujaan tak juga datang
Angin behembus bercabang
Rinduku berbuah lara..”
Angin Pujaan Hujan – Payung Teduh
Akhir-akhir ini, Kota Malang sering dibasahi oleh hujan
ketika hari berjalan setengah. Seperti saat ini, langit mengirimkan kerinduan
berbentuk hujan kepada bumi saat orang kantoran sepertiku sedang istirahat
makan siang.
Secangkir teh hangat sudah berada di tanganku. Perlahan, aku
mempertemukan antara bibirku dan bibir cangkir. Dengan menyumpat kedua lubang
telinga dengan headset, lagu-lagu seperti Payung Teduh lebih enak didengar di
kala seperti ini.
Teras kantor, adalah tempat yang pas untuk becumbu dengan
hujan. Menyaksikan bukti kerinduan langit dan bumi, mendengar setiap dentingan
rintik hujan yang menyentuh permukaan atap bangunan. Rehat sejenak dari
rutinitas kantor. Jarang sekali orang-orang kantor melewati teras untuk keluar.
Mereka lebih suka melewati pintu samping, karena mungkin letakna ang dekat
dengan tempat parkir dan ruangan-ruangan penting.
Kantor tempatku bekerja lebih mirip rumah pada zaman Belanda
dulu. Besar, dengan teras yang luas, cocok untuk tempat pesta minum teh. Like I
do now.
Entah mengapa, hari itu aku ingin membuka Path. Salah satu
sosial media yang tengah digandrungi oleh beberapa remaja. Setelah melihat
beberapa momen dari teman-temanku, aku menemukan satu momen, dari kak Satria.
Momen itu lebih tepatnya adalah sebuah foto.
Berdua.
Dengan wanita, dan aku tahu itu siapa.
Memakai sepatu stiletto, sehingga tingginya hampir setara
dengan kak Satria.
Memakai kemeja lengan pendek dan renda di dada, menampakkan
kesan esmi namun tetap terlihat seksi.
Memakai jepit rambut hitam untuk merapikan poninya.
Rambutnya hitam panjang sepinggang teergurai.
Tahi lalat di pipi sebelah kanan memberikan kesan manis, pun
ketika tersenyum.
Di foto itu, kak Satria memberikan caption ‘terimakasih
untuk kejasamanya, hope next project will be awesome with you’.
Lagi, mataku
membasahi pipi ini dengan airnya.
“Lolli, kamu kenapa?’’ mas Andre yang baru datang dari
liputan langsung menghampiriku.
Aku mendongak, mungkin wajahku sudah tak karuan karena air
mata. Melihatku, mas Andre mengambil tempat duduk di sebelah kiriku, di atas
kursi panjang itu. Dia memelukku dari samping.
Mas Andre hanya diam, sambil mengusap-usap lengan kananku. Dan
aku tetap menangis. Kali ini, aku menenggelamkan wajahku di dadanya. Dia meraih
ponselku yang masih memperlihatkan foto kak Satria dengan mantannya. Iya,
wanita berambut panjang itu adalah mantan kekasihnya.
“Jadi ini cowok brengsek yang uda buat kamu nangis?” Aku
mendengar nada kesal dan sedikit marah pada kalimat mas Andre barusan.
**
Setelah sedikit tenang dan tangisanku mereda, aku mulai
bercerita kepada mas Andre siapa itu kak Satria, mantan kekasihnya, hubungan mereka,
sampai pada saat aku dan kak Satria bertemu.
“Kamu sayang sama orang yang masih menganggap hubungan
kalian sebatas teman dan lebih parahnya lagi, dia belum bisa move on? Dan kamu
tiba-tiba menangis ketika tahu dia masih keep in touch dengan mantannya? What a
complicated relationship!”
Aku hanya mengangkat bahu, sambil mencuri-curi waktu untuk
meminum tehku yang mulai mendingin.
“Mengerti, tapi aku tak dimengerti,” aku membuka suara.
“Maksudnya?”
“Aku mengerti dia. Aku terkadang memasak untuknya, aku rela
tidur di Rumah Sakit saat dia sakit. Bahkan aku sangat berhati-hati ketika
memilih tempat untuk kita makan, karena aku pernah salah dulu saat memilih
tempat makan. Dia terlihat unmood, setelah aku cari tau, restoran itu pernah ia
datangi bersama mantannya,” jelasku panjang.
“What the...’” mas Andre seperti kehilangan akal.
“Ketika aku ingin mengambil jam lembur di kantorpun, aku
juga harus melihat jadwalnya. Dia tidak bisa melihat aku sibuk ketika dia tidak
ada pekerjaan. Itu bisa membuatnya unmood dan tidak menghungiku berhari-hari…”
“And you still hold on,” ucap mas Andre.
“Yeah, he’s going me crazy and I can’t deny.”
“Jadi, kamu cemburu melihat Satria-mu dekat kembali dengan
mantannya?”
“Mmm, seperti itu. Karena setahuku, mantannya sudah pindah
ke LN dan memutus semua hubungan dengan dia, baik online maupun offline. Aku
tidak tau kenapa mereka bisa bertemu lagi dan terlihat tidak canggung.”
“Apa kamu sudah menyampaikan perasaanmu slama ini?”
Aku menggeleng. “Aku sudah berniat seperti itu, namun ketika
bersamanya, seakan aku cewek paling bahagia. Kami tetawa, aku dibuat sanjung.
Aku berpikir, jika aku mengatakan hal yang seperti itu, aku takut. Takut dia
akan unmood, pergi atau kemungkinan-kemungkinan yang tejadi.”
**
Sejam berlalu. Hujan masih menjalankan tugasnya dengan baik.
Aku kembali ke meja kantorku. Mas Andre entah kemana,
mungkin berangkat liputan lagi. Sebelum pergi, mas Andre memberiku roti. “Kamu
belum makan siang.”
Aku hanya diam dan mengangguk. Mas Andre berlalu.
“Ohia, Lolli. Ingat aja, aku selalu jadi orang yang akan
menghapus air matamu. Stay beauty, dear!” Aku tersenyum. Mas Andre langsung
memakai buff untuk menutup wajah berkumisnya. Tak lupa dia memakai helm hitam
dan pergi dengan motornya. Badannya yang kurus itu dibalit dengan jaket jeans
sedikit kedodoran.
Mas Andre memang baik. Aku senang menjadi sahabatnya. Semoga
dia juga berpikir demikian.
**
|
Sex and The City |
Apa cinta membutakan?
Apa itu hanya istilah yang dibuat awam agar menghalalkan segala cara untuk mendapatkan cinta?
Apa cintu itu membodohkan?
Apa itu sekedar pengelakan dari sesuatu yang membutakan itu?
Who knows