Piknik!!! Yeay!!
Itulah ekspresi pertamaku setelah mendengar kak
Satria di seberang telepon sana. Dia mengajakku pergi ke tempat wisata alam.
Sudah dari 2 hari yang lalu, kak Satria berada di Kota Batu, karena ada
beberapa scene film haru diambil disana.
“Aku sudah selesai take filmnya, dek. Kamu mau
nyusul kesini? Taruh motormu di apartmentku aja. Nanti aku jemput disana.”
Tanpa pikir lagi, aku segera bersih diri dan segera
berangkat ke tempat tujuan. Kak Satria dan crew sedang berada di Wisata Alam
Paralayang Kota Batu. Disana ada beberapa Omah Kayu yang bisa disewa. Menurut
penuturan kak Satria, the crew sudah menyewa 3 buah kamar di omah kayu untuk
kepentingan film. Jam check out hari itu adalah 18.00 WIB, jadi ada sekira 6
jam dari batas check out. ‘Sayang kalo kita check out pagi ini. Sisa waktunya
bisa kita manfaatkan hehe’, kata kak Satria.
Beberapa crew masih stay di Omah Kayu, untuk
istirahat atau sekedar berfoto-foto. Para artis dan sebagian crew lainnya sudah
kembali ke hotel.
Dan, disinilah kami berdua. Di teras Omah Kayu.
Menikmati angin semilir. Menerbangkan rambut-rambutku sampai menutupi wajah.
Tak jarang juga kak Satria selalu menyampirkan rambutku ke belakang telinga.
Pemandangan yang ditawarkan dari Omah Kayu ini sangat
apik. Ketika duduk di terasnya, pengunjung yang mampir kesana akan disuguhkan
pemnadangan Kota Batu. Jalan aspal di daerah Payung dan Songgoriti juga
terlihat. Alun-alun Kota Batu, Masjid Jami, bangunan gedung Wali Kota juga
terlihat dari atas sana. Ditemani dengan angin dan pepohona pinus, menambah
mata ini semakin dimanja
“Lagi sibuk apa?”, kak Satria membuka percakapan.
“Mmmm, mikirin orang yang lagi sibuk dengan filmnya,
mungkin”
“Siapa? Aku?”
“Hmm…”
“Eh upil, kamu tau gak. Kemaren ada kejadian horror
disini. Masa iya bla bla bla …..”
“Oh, iya? Mungkin itu bla bla bla….”
Percakapan dengan kak Satria selalu seru dan tidak
ada habisnya. Selalu saja ada pembahasan lucu, unik, menarik, kadang juga
pembahasan serius yang memotivasi.
Aku jadi teringat apa kata Mas Is vokalis Payung Teduh. ‘Sungguh
berbicara denganmu selalu bisa membuat semua lebih bersahaja’. Kak Satria
selalu punya cara sendiri memandang suatu hal, bukan dari perspektif
kebanyakan orang. Mungkin sisi inilah yang membuat berbicara dengannya selalu
mengasyikkan.
I just want to be one you tell it all to. I love
talk with you. Aku teringat ketika kak Satria bercerita mengapa dia lebih suka
berbicara dengan Ibunya daripada Ayahnya. Kadang, kak Satria juga bercerita
yang menurut orang itu sepele, yaitu favorite lyrics in the song that he
listens everyday. Kak Satria menjelaskan panjang lebar kenapa lirik ini sangat
bagus dan mengena banget di hati.
Sometimes, aku juga bercerita mengapa aku tidak suka
memakai sendok-sendok di apartment kak Satria. Alasanku cuma satu, karena
sendoknya terlalu berat. Aku suka makan dengan sendok ringan. Disitulah
terkadang kita tertawa lepas. Pernah juga aku bertanya kenapa semut selalu
berciuman ketika bertemu semut lain. Kak Satria dengan asalnya menjawab “karena
semua semut itu ganjen” dibarengi dengan ketawa dan memencet hidungku.
Hari sudah sore. Angin yang berhembus sudah mulai
kencang. Aku menutup rapat jaket yang kukenakan.
“Pil, turun yuk? Uda mau magrib. Aku tunggu di bawah
yah? Mau mengurus check out.”
“Oke, kak.”
Kepada angin yang berhembus kencang, aku bisikkan
perasaaanku saat ini.
Kepada alam yang masih gagah dengan pohon menjulang
tinggi, terimakasih sudah menjadi saksi atas kebahagianku hari ini.