Setengah lingkaran
berwarna hitam sudah ada di bawah kedua mataku sejak kemarin malam. Hidung
mungilku juga kemerah-merahan, Suaraku parau. Rambut sebahuku juga jatuh tak
beraturan. Pagi ini –mungkin setiap pagi- aku dibangunkan oleh suara Ibu yang
merdu. Setidaknya aku mengatakan itu karena tidak ada suara yang paling merdu,
kecuali seorang Ibu yang membangunkan anaknya.
“Apa kau tidur
nyenyak?”
Aku hanya mengangkat
bahu sambil berjalan menuju dapur. Setelah meminum segelas air putih, aku
menuju kamar mandi, tetap dengan tatapan kosong dan berjalan terhuyung.
**
“Setelah sarapan hendak
pergi kemana?”
“Entah, Bu”
“Ya sudah. Yang penting
jangan pulang malam-malam, jangan lupa sholat dan makan. Jangan banyak pikiran,
nanti maag kamu kambuh di jalan."
Aku hanya tersenyum,
lalu mencium keningnya. Aku selalu tersenyu ketika Ibu menasehati aku. Tentang
keselamatanku, tentang kesehatanku, tentang aku dan Kak Satria…
Ah… teringat lagi
tentang dia.
Aku benci sekali dengan
ingatan. Seakan dia menekan tombol rewind dan repeat berulang kali, tanpa ada
perintah.
“Nak Satria apa kabar?
Ibu jarang melihatnya”
“Baik kok, Bu. Cuma
sedikit sibuk dengan pekerjaan barunya”
Buru-buru aku mencium
tangan Ibu dan kedua pipinya yang mulai keriput. Meskipun semua dunia
menyakitiku, setidaknya aku masih mempunyau Ibu di rumah. Yang tangannya tak
pernah lelah menengadah setelah bersujud, mulutnya yang tak henti seolah
mengatakan sesuatu, semata-mata hanya untuk mendoakan yang terbaik untukku.
Maaf, pagi ini aku membohongi
Ibu. Biarkan anakmu ini menyimpan kesedihan sendiri.
**
Meski tinggal sekota
dengan kampus, aku mempunyai kamar rahasia di kos salah satu temanku. Dia
temanku dari Bekasi, dan ketika liburan seperti ini, aku terkadang ke kosnya,
entah sekedar bersih-bersih, tidur siang tenang, atau menyendiri. Seperti yang
kulakukan hari ini.
Tempat kos 2 lantai ini
didominasi warna putih, dengan tangga yang memutari kaca transparan. Ketika
menaiki atau menuruni tangga, kita akan melihat pemandangan jalan raya. Kamar kos
temanku berada di lantai 2 paling ujung lorong. Tempat yang pas untuk sembunyi
dan tidur siang sejenak, pikirku.
Ponselku bordering
ketika membuka pintu kamar.
“Pagi juga”
Aku melihat ada notif
dari kak Satria.
Hmm, apa yang dia lakukan? Bukankah ini pesan dari
seminggu yang lalu?
Segera kugeser layar
ponselku dan menyentuh pesan dari kak Satria.
Dia membalas pesanku,
yah walau itu pesan seminggu yang lalu.
Apa ini? Aku tersenyum.
Ada sesuatu dari perut
dan dadaku yang menggelitik. Ingin sekali aku menjerit, but I’m not in my own
room. Dengan segera aku masuk kamar dan memulai mencoba untuk mengendalikan
emosiku.
Senang. Sedih. Sedikit
kesal. Sedikit Marah. Lega.
Dan, selanjutnya…
Ada kiriman file dengan
format mp4 di email, dari kak Satria.
Aku membukanya…
“Loving can hurt..
Loving can hurt sometimes.
But it’s the only thing that I know…”
Lagi, serdadu air mata
jatuh tanpa perintah. Namun kali ini, mereka jatuh dengan atas nama bahagia.
Bahagia aku bisa mendengar suaranya.Atas nama lega. Lega aku mengetahui dia
baik-baik saja. Walau sempat penasaran, dia ada di belahan bumi bagian mana.
“We keep this love in a photograph
We made these memories for ourselves
Our hearts were never broken
And time’s forever frozen still”
Mendengar suaranya,
meski dengan format mp4, sudah mengobati semuanya. Kangen, yang paling bandel.
Kamu, paling tahu
membuat hatiku luluh gak karuan, kak.
“So you can keep me
Inside the pocket of your classic jeans
Holding me close until our eyes meet…
Gerak cepat. Aku
membuka laptop dan membuka folder favoritku. Aku beri nama LS –Lolli Satria.
Memang terdengar alay, tetapi apa kalian tega memaki dengan sebutan alay kepada
orang yang sedang mabuk cinta? Kurasa tidak.
Di folder itu,
tersimpan semua yang berhubungan dengan kak Satria. Foto-foto, video
dokumentasi, hingga semua portofolionya. Aku membuka satu per satu fotoku
dengan kak Satria, dengan tetap mendengarkan lagu cover dari Ed Sheeran yang
dinyanyikan kak Satria.
Aku melihat fotoku dan kak Satria. Dengan latar belakang pemandangan salah satu Pantai di Kota Malang pada senja. Hasil foto siluet. Angin semilir menerbangkan rambut sepinggangku, rambut lamaku. Namun aku terlihat tetap tersenyum dan bahagia kaos polos favoritku dan tanpa alas kaki
Tak kalah sumringah, kak Satria tersenyum lebar sambil menunduk, melirik ke arahku. Like i'm a very little girl, but it's fact. Hmm. Overall, aku suka semua tentang kak Satria. All about him.
You wont ever be alone
Wait for me to come home”
Yah, aku selalu
merindukanmu untuk berpulang ke rumahmu, ialah hatiku. Aku membuat itu senyaman
mungkin untuk kau tinggali. Tuhan, terimakasih atas kebahagian sederhana ini.
#30DaysWritingChallenge