“Sampai kapan kita
seperti ini?”
Itulah pertanyaan yang
aku tanyakan padamu, ketika kita awal bertemu setelah kamu kembali dari tanah
kelahiran mu. Tahukah kamu? Aku tersiksa dalam keadaan ini. Aku menangis dalam
hati. Entahlah, aku hanya memikirkan mu saja, tanpa menghiraukan keadaan ku
sendiri.
Kamu masih gak tahu
kenapa aku tersiksa? Aku bertaruh, kamu pasti tahu jawabnya. Atau seperti yang
dikatakan kebanyakan umat. “Hubungan Tanpa Status”. Lucu memang. Sudah 2 bulan
ini kita mengadu kasih, bertaruh jiwa dan cinta, tetapi tanpa memantabkan
perasaan satu sama lain. Waktu pendek, untuk cerita panjang. Banyak kenangan di
setiap sudut kota, dengan kamu.
Aku sama sekali tidak
mengerti jalan pikiran mu, mas El. Oh God. Sempat aku berfikir kamu lah yang
terakhir untukku. Kamu yang akan mendampingi ku menuju tempat ku berpulang
selamanya. Mengira aku lah segala nya buat kamu, berpikir bahwa hanya aku yang
ada di hati mu.
Dan fakta terungkap,
kamu masih berdua dengannya.
“Aku dan dia tidak ada
kata bersatu, dan tidak ada kata berpisah. Dan ini semua mengalir begitu saja
selama setahun.”
Ketika kamu berkata
demikian, aku bisa apa mas? Apa aku juga wanita selanjutnya yang kamu biarkan
menggantungkan perasaan ini?
“Lalu, perasaan mu ke
aku selama ini apa?” Tak terencana, sesuatu itu meluncur dari bibir.
“Sesuatu dan semua yang
aku katakan kepadamu, adalah benar adanya.”
“Lantas, mengapa kamu
tidak memandang ku saja? Tanpa ada pikiran untuk menoleh ke dia?”
“Aku tidak yakin.”
Menitikkan air mata, kamu
usap perlahan, bersandar di pundak mu, kamu cium kening ku, memeluk mu erat.
Kita hanya sebatas aku dan kamu. Tanpa sekali-kali menyentuh arti kata ‘kita’.
Dari awal kita bertemu,
tak pernah sekalipun aku menjalin hubungan sejauh ini, denganmu. Yang pertama
ku rasakan adalah aku, nyaman di dekat mu. Tetapi, rasa nyaman itu membutakan
segalanya.
“Aku tak pernah sengaja menginginkanmu, meski bersama
kamu adalah cara untuk menggenapkan ku” – Sefryana Khairil.
“Mungkin sekarang
terserah kamu. Aku begini adanya. Silahkan jika ingin pergi. Aku juga tidak punya
hak untuk menahan mu”
Udara berubah menjadi
dingin. Seketika. Taman ini tak seindah dulu. Senja tak secantik kemarin. Bunga
bermekaran di sekitar air mancur Taman Kota tak semerekah di tempat lain.
Mengapa dia dengan
mudah mengatakan seperti itu? Apa dia serius ingin melepas ku begitu saja?
Hati, apa kamu ingin
dia yang singgah disana? Atau kamu juga ingin mengganti dia dengan orang yang
benar-benar cocok dengan kamu? Jagalah, hati.
Sudahlah, aku akhiri
saja semua. Aku wanita, aku juga tidak ingin menyakiti dia, seseorang yang telah
setahun menemani keluh mu. Aku tutup lembaran ini.
Terimakasih telah mengajari
ku banyak hal, dan mewarnai waktu ku dengan kebersamaan kita.
Maaf, jika aku selalu
merepotkanmu. Aku selalu manja dan sedikit rewel. Ini lah aku. Anggap saja
Lollipop Kue Jahe itu adalah pemberian termanis ku.
Lollipop Girl