Aku tak mengerti apa yang terjadi di dalam dada ini. Sesak, tetapi ini bukan penyakit. Nyeri? Ini lebih dari sekedar nyeri biasa. Seperti jantung yang akan keluar dari ikatan saluran-saluran darah, seperti paru-paru yang enggan menukarkan gas O2 dan CO2 lagi, seperti sesuatu yang pernah aku alami, tapi untuk beberapa tahun lalu.
Apa mungkin aku jatuh cinta dengan gadis kecil itu? Apa dia telah menanam, bahkan merawat ini semua? Apa dia yang bisa menyatukan reruntuhan hati ini? Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam benak ku. Jika benar, hanya lah waktu yang bisa menjawab semua ini.
"Aldike", nama nya memang terdengar seperti cowok. Tapi, sungguh dia gadis yang periang dan penuh semangat di dalam sanubarinya. When i looked into her eyes, i saw a sadness, tapi aku salut sekali dengan dia, dia pandai menyembunyikan semua kesedihan nya, dibalik semua gelak tawa dan lelucon nya.
Dia berada di ratusan perserta OSPEK di fakultas, mungkin hanya kebetulan, aku melihat dia tersenyum ketika memandangku. Fikir, dia seperti gadis-gadis lain yang tersenyum dan sopan ketika melihat kakak tingkat. Atau dia sedang bercanda dengan teman-teman nya dan secara spontan aku menoleh ke arahnya. Yeah, who knows?
Sesungguhnya, puncak acara untuk mahasiswa baru adalah Student Day. Tak pernah absen, aku selalu menyumbang sebuah petikan gitar atau sekedar menyumbang beberapa lirik penggambar hati ini. Aku diberi jatah kelas IKOM-D oleh panitia untuk mengiringi petikan gitar. Tak sempat berpikir apa-apa, aku hanya meng-iya-kan dan mulai bergerak menuju belakang panggung.
Tak berdaya, tak kuasa, aku melihat gadis berjilbab abu-abu sedang latiah pidato bahasa inggris di belakang panggung bersama peserta yang lainnya. Aku terkesima melihat juang dan semangat nya. Aku mulai gelagap, tangan ku berkeringat. Sebuah gitar yang aku bawa kini menjadi berat dari biasanya. Aku mulai menghampirinya, perlahan aku melangkah.
Langkah ini menjadi seperti aku berjalan di atas not-not yang berirama, merdu.
Terkejutnya lagi, aku melihat sahabatnya, Firda, yang juga adik kelas ku d SMA, yang aku incar sejak lama. Bingung, siapa sih sebenarnya pencuri hati ini? Firda, sosok lama yang mungkin kali ini aku sudah berserah diri terhadap Tuhan? Atau Aldike, gadis periang yang perlahan mulai merebuat perhatian ku? Ah, sungguh rumit.
Dulu, sekali, aku memang berjuang untuk Firda, adik kelas yang cantik dan pintar di segala bidang. Tetapi, apalah arti ketenaran jika hati tidak secantik wajah, jika hati tak sepintar otak. Apalagi, dia tidak menoleh ke arah ku sedikit pun, dia tak menghargai jerih-payahku untuk membuat dia menoleh. Sakit yang kurasa, sebelum aku bertemu Aldike. Jika terus bicara Firda, memang aku masih belum bisa menghapus 100% bayangnya, tapi apa aku harus terus terjebak dalam ruang masa lalu? Tegas aku berkata tidak.
Aku telah memantabkan pijakan, aku sekarang berdiri di depan Aldike, mulai membuka percakapan dan sesekali melempar senyum ke Firda. Syukur, Aldike hangat menyambutku, aku pun lega.
"Aku ke depan panggung yah? Bye Dike, Kak Nuke"
"Iya Fir, thanks uda mau ajarin aku pidato"
"Sip"
Sosok masa lalu melaju, ke depan panggung untuk menikmati acara. Aku hanya mengobrol mainstream sebagai pembuka obrolan biasa.
"Aldike? Kamu blogger yah? Kayaknya aku pernah nyasar di blog mu. Hehe, nama ku Nuke.”
Gak sengaja nyasar? Do you trust me? I'm always watching yours.
Dia bingung, kenapa tiba-tiba aku berkata seperti ini. So what. Emang itu lah kenyataan nya.
"Oh iya kah? Ha ha, Yah sudah dulu kak, aku mau tampil"
"Good luck yah"
Sebisa mungkin aku tersenyum, dia juga. Plong. Adhem.
Setelah itu, aku mulai stalking dari twitter dan FB nya. Aku follow dia, mungkin untuk tahap awal perkenalan. Kita jadi sering interaksi dan mulai menjurus ke akun yang lebih privasi, yaitu nomer HP dan Pin BBM. Awalnya Aldike berkata kalo lewat akun twitter tidak bisa membicarakan hal-hal yang lebih privasi. Yasudah, akhirnya aku memberikan nya untuk dia, terkasih.
Seiring berjalannya waktu, seirama lantunan suara hati, i felt so close to her. Aku sudah mulai sering sms-sms dan sering kali aku menyebut dia "lolilpop" karena itu adalah favoritnya. Terkadang juga aku sering melempari dia dengan lelucon-lelucon garing di setiap kesibukannya. Hingga akhirnya, berita burung itu datang dengan bebasnya.
Beredar kabar jika aku masih berharap kepada Firda dan mendekati Aldike untuk Firda. Buat apa coba? Sungguh, itu dulu ketika memakai seragam putih abu-abu. Setahun sudah cukup bagiku aku melupakan dia dan menerima sosok baru, si gadis lolipop. Aku juga bodoh, tidak segera menangkap kabar burung itu dan menyimpan nya di dalam sangkar. Aku tidak membersihkan kotoran ini.
Mungkin setelah adanya ini, Aldike perlahan mulai menghilang, Aku bukannya negative thinking, tapi ini lah realita. Dia mulai jarang memberi ku kabar atau berita-berita yang gak penting. I missed a little thing from her. Oke lah, ini salahku yang tidak membereskan semua dari awal. Tapi, sungguh aku menyesali semua ini. Semua perjuangannya, semua senyum nya, semua kabar nya dan everything 'bout her. Aku tidak seberapa paham dan mengerti tentang perasaan wanita, aku berfikir logis, apa Aldike merasa dia hanya sebagai batu loncatan untuk aku kembali dekat dengan Firda? Ah, love is riddle.
Sebulan aku menunggu dia memberi kabar, ternyata dia hanya memberi kabar yang hanya hubungan nya dengan kepetingan dia sendiri, seperti tugas kampus. Nothing else. Dua bulan, aku hanya bisa memandangi nya di kejauhan hati. Aku memang lemah, mulutku tidak bisa seluwes ketika di acara Student Day dulu. Aku mulai mencampakkan dia. Sungguh ingin aku meminjam alat mesin waktu milik Doraemon.
Sekarang, dia bersama pria lain. Yang mungkin bisa mengobati luka di hatinya karena aku. Aku sadar, jika inilah yang paling adil. Sang Maha Sutradara memang adil. Dia berikan pemeran pengganti yang ahli dan cocok untuk menyatukan serpihan hatinya, dan memberikan ku sebuah penyesalan yang dalam. Apalah daya, aku hanya bisa bersyukur dan tersenyum melihat "Lollipop" menemukan stick yang pas untuknya, tempat dia bertopang dan berdiri.
"Terimakasih" untuk selama ini pernah mewarnai hari-hari ku dengan senyum mu yang perlahan mengembang jika melihat lollipop atau benda bewarna pink.
"Maaf" untuk aku yang bodoh, yang tidak bisa dengan cepat membalikkan kenyataan dan tak sempat mengklarifikasi ke kamu.
"Selamat tinggal" untuk kamu karena perlahan kamu sudah menjauh hati yang mulai redup lagi.
"Semoga berbahagia" untuk kamu dan dia, pemeran penggantiku. Aku harap dia bisa menjadi apa yang slama ini kamu cari.
:)
NB: Ini adalah kisah lain di antara kisah GALAU : Unrequited Love. Ini adalah pandangan lain tentang satu kisah itu.