I
walked across an empty land
I
knew a pathway
Like
the back of my hand
Kaki ku terus berjalan,
entah menggiring ku ke mana. I can’t think clearly. Yang ku lihat hanya
sepasang converse pink yang telah usang, menutupi kedua punggung kaki ku.
Talinya sudah tak seputih dulu, sekarang bewarna cokelat krem. Aku tahu, aku
sedang berada di jalan aspal. Sekira 50 meter, terlihat taman bermain tua,
yang sedikit usang. Terdapat 2 ayunan kecil yang sedikit rapuh, tetapi masih
kuat untuk dimainkan.
This playground is like
an empty land. But I go along the edge.
I’m still looking for
someone and the memories.
I
felt the earth beneath my feet
Sat
by the river and it made me complete
Jika aku di dunia
Avatar, mungkin aku Pengendali Air. Entah kenapa aku suka sekali dengan air,
dia begitu tenang. Aku lebih sering menghabiskan waktu di pantai daripada di
pegunungan. Aku selalu mencari sumber air.
Entah sejak kapan kamu
mengetahui akan hal ini. Kamu mengajak ku pergi ke tempat sunyi ini, sebuah
taman bermain tua, yang ternyata mengalir sungai di sebelah nya. Sungai yang
bersih, sampai aku bisa melihat ikan-ikan kecil mengikuti arus sungai. Aku tak
tahu bagaimana rupa ku ketika bahagianya melihat air mengalir. Yang aku tahu
aku senyum lebar mengembang di bibir mu.
Perfect and I’m so
happy, together, with you!
Oh
simple thing
Where
have you gone?
I’m
getting tired and I need someone to rely on
Sesuatu yang sangat
kecil, senyuman mu, mampu membuat ku melupakan sejenak semua masalah ku. Tetapi,
sekarang, aku berada disini sendiri, menahan semua luka sendiri. Tanpa kamu.
Entah kemana kamu perginya, menghilang begitu saja, bagai anak kecil yang
selalu pergi setelah mendapatkan apa yang ia minta.
Kamu menghilang, tak
ada kabar, tak ada senda gurau seperti waktu dulu. BBM tak pernah kamu balas,
telepon selalu sibuk. Aku menerka dalam hati, apa ada yang salah dalam diri
ini, sehingga kamu pun tiba-tiba menghilang.
Aku lelah, dan aku
membutuhkan seseorang untuk bersandar. Aku rindu pundakmu, rindu kamu.
I
came across a fallen tree
I
felt the branches of it
Looking
at me
Sore ini, aku berayun
di ayunan tua. Terasa sepi, karena hanya aku yang ada disini. Taman bermain ini
emang sudah lama tak terpakai. Aku tidak mengerti mengapa alasan kamu membawa
ku kesini. Tetapi aku ingat betul, bagaimana bentuk senyummu, bagaimana
ekspresi wajahmu, bagaimana cara mu memaksa ku dengan iming-iming sebuah ice
cream. Hmm, kamu berjanji padaku untuk membelikan ice cream jika mau mengikuti
mu ke tempat tua ini, dan aku menyetujui nya. .
Aku menutup mata.
Merasakan semilir angin. Sejuk. Aku senang ketika rambut sebahuku bertebangan
dihempas angin.Dia berhembus, tak peduli siapakah dirimu, berambut panjang atau
pendek, sedang melamun atau bekerja, dia akan lewat melalui sela telinga dan
setiap helai rambut. Aku menarik nafas dalam. Haaaah…. Kurasakan angin yang
berbeda sore ini, seakan alam pun tahu aku sedang tidak enak hati.
Is this the place we used to love?
Is this the place that I’ve been
dreaming of?
Tak
jauh di sekitar taman bermain ini, ada bangku panjang yang terbuat dari kayu.
Di tempat itu lah, kita bercanda, ngobrol tentang hal penting, sampai yang
tidak penting. Kamu menceritakan semua tentang The Blues, but you don’t know that I’m United. Kamu melontarkan rayuan yang menurut ku lucu, lalu kita
terbahak bersama. Iya, bersama.
Suara
gesekan ayunan tua, bangku kayu, desiran angin melalui sela rambut, semburat
cahaya matahari sore. Mereka semua adalah saksi bisu dari cerita kita. Mungkin
sedikit berlebihan memanggil kita, tetapi yang jelas, di kata kita, terdapat
aku dan kamu.
Mentari
kembali ke peraduan. Tergantikan oleh dinginnya malam. But, happines is simple.
Sesaat, kamu memeluk ku dari samping dan berkata “Agak dingin yah?”
Oh simple thing
Where have you gone?
I’m getting old and I need someone
to rely on
Jikalau flashback di masa itu, aku bisa apa? Aku hanya bisa menitikkan air mata dan
menghapusnya. Begitu seterusnya sampai aku sadar, memang kamu tak akan pernah
kembali.
And if you have a minute
Why don’t we go
Talk about it somewhere only we
know?
Sebegitu
sibuk kah kamu? Sebegitu tidak adanya waktu untuk menuju ke sana lagi? Untuk me
replay semua kejadian dengan detail? Setidaknya, disana, kita bisa bebas
mengobrol tentang apa saja, terbahak sampai menangis dan diakhiri dengan
sentuhan hangat punggung tangan mu menyetuhku. Hangat. Menjalar ke seluruh
tubuh.
This could be the end of everything
So why don’t we go
Somewhere only we know
Temui
aku barang lima menit saja untuk menjelaskan dan mengakhiri semua. Aku tidak
ingin kisah bergantung pada satu tokoh saja. Aku ingin kejelasan
Wahai,
Sang Sutradara Kehidupan, tolong rombak semua skenario kehidupan ku. Aku sudah
tak kuat, sungguh! Aku juga ingin merasakan bahagia. Aku juga ingin merasakan
indahnya berbagi dengan seseorang, yang telah membuat ku tertawa, mengerti
tentang detail kehidupan, dan segala sesuatu yang baru aku ketahui. Jika Engaku
mengijinkan aku tuk kembali bertemu dengan dia, aku akan memberikan pelukan
hangat terakhir untuk kisah kita, sebagai tanda “terimakasih sudah mengajari ku
tertawa”.
So tell me when
You’re gonna let me in
I’m getting tired and I need
somewhere to begin
Walau
sesungguhnya, hati masih terus bertanya “Adakah aku di hatimu?” “Atau aku hanya
pelampiasan mu saja?”, aku sudah tidak ingin tahu jawabannya. Karena yang aku
ingin hanya terus selalu bersama mu. Hanya ingin terus selalu menjadi orang
yang membuat mu tertawa. Hanya ingin menjadi sesuatu yang selalu kau rindukan.
Jika
semua hanya fana, hanya satu ingin ku. Jangan lupakan aku, perasaan ku, air
mata ku, dan cerita kita, in somewhere only we know.
Kita
akan menua, dan kita akan didewasakan waktu. Cepat atau lambat, kamu akan
mengerti perasaan ku.
And if you have a minute
Why don’t we go
Talk about it somewhere only we
know?
Cause this could be the end of
everything
So why don’t we go
Somewhere only we know
Pukul
3.02, terik matahari sore telah terpancar. Aku menatap bangku panjang, menatap
lekat. Sebuah adegan kita terputar di otak. Ah, aku lelah. Aku menutup mata.
Aku bangkit dari ayunan tua, dan kembali berjalan, menuju entah kemana.
And
this playground, will be “somewhere only we know”
-Lollipop Girl (Juni, 2015)-