Suasana kelas
IPA 5 saat itu, sangat hening. Semua murid duduk pada bangku nya masing-masing
dan tidak membuka mulut untuk suara sekecil pun. Yah, ini adalah suasana yang
biasa ketika pertama kali tahun ajaran baru. Aku ingat, itu adalah tahun kedua
ku di sekolah menengah atas. Belum ada interkasi dan perkenalan, semua diam
pada dirinya masing-masing.
Hingga suatu
ketika, langkah derap sepatu fantovel datang, memecah keheningan. Sepertinya
itu suara guru, mungkin wali kelas. Beliau
wanita berbadan tinggi, besar, kulit nya putih bersih dan berambut
sebahu. Mengucapkan salam kepada murid dan membuka suasa pagi itu dengan
perkenalan dan beberapa basa-basi sebelum pelajaran “benar-benar” terjadi.
Aku duduk di
samping seorang gadis, yang dulu satu kelas dengan ku di tahun pertama. Hanya
dia yang aku kenal, sejauh ini, di kelas IPA 5. Mencoba mengakrabkan diri, saat
jam istirahat pun kami mulai sedikit berbincang dan menukar info satu sama
lain. Lumayan, aku sudah mulai akrab dengan beberapa teman di kelas. Tidak
untuk kamu. Cowok yang suka menyendiri
dan duduk di pojok kiri bangku depan. Aku berpikir bahwa kamu anak yang pintar
dan disukai guru, karena tak banyak anak yang memilih bangku di tepat depan
meja guru.
Biarlah, lama-kelamaan juga kenal, batinku.
Bel tanda
kelas selesai telah berbunyi, anak-anak dengan sigap memasukkan peralatan
sekolah ke dalam tas agar cepat selesai. Kami berdoa dipimpin ketua kelas dan
kelas pun bubar. Seperti biasa, aku langsung menuju tempat parkiran untuk
mengambil motor. Namun langkah ku terhenti ketika aku melihat kamu berhenti di
depan ku.
“Hei”,
sapamu.
“Ada apa,
san?”, tanya ku. Aku sudah tahu namanya ketika wali kelas memanggil nama kami
di daftar absen.
“Kamu kan
yang jadi petugas upacara tadi kan?”
Ini anak ngomong apa sih? Semua juga
tahu kali kalo aku anggota paskibra, batinku.
“Yoi, san.
Kenapa?, tanya ku balik.
“Nope, Cuma
nanya aja. Haha. Eh, minta nomer mu dong. Sekalian mau nanya-nanya tentang
tugas matematika tadi”, kamu menyodorkan HP Android mu.
“Oh? Oke”,
aku gelagapan. “Nih, yah sudah, aku pulang dulu, capek”
“Mau ke
parkiran? Bareng jalan yah? Hehe”
Aku
mengiyakan saja. Hmm, ternyata kamu orang yang asyik, meskipun kadang bercanda
mu terlewat garing. Tapi entah kenapa aku selalu tertawa. Sepanjang perjalanan
ke parkiran motor pun, kamu mengisi keheningan dengan guyonan mu yang garing.
[]
Yah, seperti
itulah awal kita berkenalan. Sejak saat itu kamu sering mengirimi ku sms. Walau
terkadang sms mu gak terlalu penting. Tanya ibuku masak apa, besok aku bawa
bakal apa enggak, jaket di lemari mu ada berapa dan beberapa hal absurd
lainnya. Tetapi, sesuatu yang kecil itulah yang sangat besar untuk diabadikan.
Dua tahun,
kamu dan aku habiskan bersama, karena memang kita satu kelas lagi. Banyak
gossip yang bilang bahwa kita berpacaran. Bullshit!
Apakah tidak bisa cewek dan cowok hanya sebatas bersahabat? Mungkin banyak
memang yang mencintai sahabat nya sendiri, karena terlalu lama bersama, tapi
memang perasaan ku kepada mu hanya sebatas sayang ku kepada sahabat, aku berharap,
kamu juga begitu, san.
Seperti
layaknya murid di taun ketiga, aku merencanakan perkuliahan dan segala urusan
nya. Tetapi, ada hal sedih yang tidak ingin ku dengar dari kamu. Kamu tidak
ingin melanjtkan kuliah karena capek buat berpikir. Haha. Lucu siih, karena kau
tahu kamu bukan tipe yang pemikir keras. Kamu lebih memilih untuk daftar jadi
Pasuka Angkatan. Sebagai sahabat mu, aku mendukung mu. Walau itu berari kamu
harus kekuar kota dan menempuh pendidikan lanjutan disana.
Sudah 4
tahun, kita berpisah sejak kelulusan itu. Kamu, semakin menghilang tanpa kabar.
Aku rindu kamu, san. Aku rindu kita makan berdua di warung mie langganan kita,
bercanda bareng, sampai membuat pacar kita sama-sama cemburu. Haha. Maafkan
yah? Aku tidak membuat suasana kacau, aku hanya senang bila bersama kamu,
rasanya masalah ini hilang sesaat ketika bercanda bersama kamu. Tidak adaa yang
bisa gantikan posisi mu sebagai sahabat ku, di dalam hati ini, San.
Bulan depan
aku sudah wisuda, San. Aku berharap kamu datang. Aku ingin membagi kebahagiaan
ini bersama mu, sama seperti saat kita di bangku SMA. Aku sudah ribuan kali
mengirim mu sms, entah kamu baca atu tidak, yang penting aku sudah berusaha
untuk dekat dengan mu lagi. Aku benar-benar rindu kamu, San.
San, apa kamu
bahagia punya sahabat seperti aku?
Apa kamu di
luar sana, baik-baik saja?
Berapa kali
kamu makan mie instan dalam seminggu?
Bisakah kamu
menelpon atau mengirim sms balik kepadaku?
Hari ini aku
memakai baju warna pink kesukaanku, apa kamu tetap memakai kaos hitam favorit
mu?
Malam ini aku
bertemu mas Panji Pragiwaksono, Stand Up Comedian idola kamu, apa kamu juga
pernah bertemu dengan nya, San?
Sandro Bagas,
aku rindu kamu.