Ini hanya sepenggal kisah cinta ku. Ehm, mungkin terlalu dini untuk disebut cinta. Anggap saja ini kisah bahagia ku. Yang terlalu dalam mendalami sebuah perasaan nyaman bersama dia.
Berawal dari sebuah pertemuan rutin, antara aku dan
dia. Di awal bulan, pertengahan tahun. Sebenarnya, aku dan dia sudah saling
mengetahui, karena memang kami berada dalam kondisi yang selalu hampir sama.
Tetapi, sejak percakapan via BBM itu, semua terasa beda.
Aku, adalah gadis yang bisa dibilang supel. Aku
kenal banyak orang dan cepat akrab dengan orang baru. Untuk teman pria dekat,
bisa dibilang aku pemilih. Terlalu kasar jika dibilang pemilih, namun aku hanya
tidak bisa bertahan dengan orang yang tidak nyaman dan terlalu sok dekat dengan
ku. Daripada aku menyakiti perasaan orang, lebih baik aku tiba-tiba menghilang
dan mencari kebahagiaan lain. Sampai akhirnya, aku bertemu dengan dia.
Tempat istirahat kami searah. Jadi, tak jarang aku
memberinya tumpangan. Karena aku pikir, yah apa salahnya membantu orang. Toh,
dia juga teman ku. Iya, teman.
Bayaran pertama ku untuk jasa pengatarannya adalah ice cream cone rasa
cokelat.
Akhirnya, kami menikmati ice cream di sebuah jalan
setapak, pinggir sungai, dan kami berbincang hanya sebatas pekerjaan.
Setelah kejadian itu pun, aku dan kamu berlanjut.
Selalu saja ada pembahasan dan tema di dalam percakapan via chat. Selalu saja
ada alasan untuk bertemu. Selalu saja ada alasan malu-malu dibalik ungkapan
mesra itu.
Selalu saja. Selalu. Aku ingat pertama kali kamu
memegang tangan ku dan melingkarkannya ke perut mu ketika kita di atas motor.
Haha. Aku tidak ingat betapa merah nya muka saat itu.
Aku ingat, kamu adalah orang pertama yang bisa
membuat ku menaklukkan semua phobia ku. Salut.
Aku ingat, kamu selalu memberi semangat, di kala
pekerjaan dan tugas saling berkejaran untuk mencapai deadline.
Aku ingat semua ucapan bijak dan terkadang, kamu
melontarkan guyonan dewasa mu. Yang sebelumnya tak aku ketahui, dan kamu hanya
berkata “Jangan terlalu polos jadi orang”.
Entah kenapa, aku tidak memiliki perasaan benci dan illfeel kepada kamu. Aku menikmati
romansa ini, aku menikmati semua pelukan mu, aku menikmati lelucon dan
petuah-petuah mu tentang kehidupan. Dan lambat laun, aku dan kamu sudah saling melihat
satu sama lain.
Kamu selalu teriak jika aku berbicara tanpa tatap
matamu. Oh gosh, don’t you know that I got melted when I see your eyes? Aku
selalu menghindar kontak mata dengan mu, bukan berarti aku tak sopan. Maaf. Sampai akhirnya kamu berbicara “Apa
perasaan mu padaku?”
Memang, ini terlalu cepat bila dikatakan cinta.
Tetapi kita sudah melewati banyak hal bersama. Apa salahnya jika aku memberi
sedikit rasa ini kepadamu? Kita sama, berada dalam titik kenyamanan. Dimana kta
saling membutuhkan satu sama lain.
Oke fine. Mungkin kita gak ada ikatan, dan sebagian
dari kaum wanita merasa dirugikan akan hal ini. Dan mungkin kalian yang baca
ini pasti menyalahkan ku jika aku hanya memakai perasaan. Keep calm, girls!
Pada suatu malam dingin, kita berada di jalanan
sawah. Sepulang sholat dari Suro bersama, kita menjadi terbuka. Aku menyatakan semua
rasa nyaman ku kepada mu. Aku juga bilang sayang kepada mu. Aku menunggu
jawabmu, dan whola! Kamu pun berkata demikian dengan ku.
“Jika aku tak ada perasaan, jika aku tak ada rasa
nyaman, aku tak mungkin sejauh ini!”
Yes, kamu berhasil membuat pelukan ini semakin erat
kepadamu.
Yah, aku teringat ketika ada gangguan sinyal dan BBM
kita tidak lancar. Tanpa pikir panjang, kamu langsung menuju rumahku, mengajak
ku keluar dan berkata “Ini cara lain untuk berkomunikasi, jika BBM pending”.
Aku tersenyum dan mengerti maksudnya.
“Sampai kapan kita seperti ini?”, tanya ku lirih.
“Itu semua tidak bisa diprediksi, itu semua
tergantung dengan kita”
Dan sampai pada akhirnya, waktu cepat berlalu.
Sebagai perantau, kamu pasti rindu tanah kelahiran. Shit, somebody slow it
down, please! Aku masih ingin berlama-lama.
Tetapi, apa daya ku. Kamu juga butuh keluarga mu
disana.
Sebelum kepergian mu, aku memelukmu erat. Sangat.
Aroma tubuhmu sampai menempel di kerah baju. Sungguh, mengapa ini begitu cepat?
Aku selalu menunggu mu di kota ini, dimana kita bertemu dan memadu tali ikatan ‘nyaman’.
Aku melepaskan pelukan ku, meraih kantong celana dan
memberikan sesuatu pada mu.
“Mungkin selepas ini, kita jarang komunikasi. Aku
tahu kamu sangat rindu keluarga mu disana. Tapi kamu juga harus tahu, aku juga
sangat rindu kepulangan mu dari sana. Ini, aku titipkan doa ku untuk mu selama
penerbangan. Ambillah”, aku menyodorkan lollipop berbentuk Kue Jahe.
“Kue Jahe?”
“Ya, aku tak sengaja melihat itu ketika aku membeli
lollipop. Aku melihat kesamaan nya dengan kamu. Nakal, tapi sesungguhnya punya
hati yang lembut. Renyah, dan menghangatkan”, ucapku sembari tertawa.
“Jadi, aku mirip kue jahe?”, kamu mulai menempel
permen itu ke wajah dan membuat ekspresi yang sama dengan si Kue Jahe.
Aku tertawa. Kita tertawa. Kamu mengusap rambut ku,
dan mengecup kening ku.
Ku bisikkan kata cinta dan menyelipkan doa di Kue
Jahe. Aku meminta nya agar menjagamu.
Jaga dia Kue Jahe? Bilang padanya bahwa setiap hari,
aku pasti akan merindukannya.