Hai semua, apa kabar? Aku harap keadaan mu tak seperti
diriku saat ini. Iya, aku baru saja merelakan seseorang pergi dari hidupku.
Tapi aku juga sedang menerima seseorang untuk mengisi ruang kosong hati.
Kejadian ini terjadi begitu saja, tanpa rekayasa. Memang benar, Tuhan adalah
Sang Maha Sutradara. Dia mengatur semua skenario ini, kita hanyalah manusia bak
seorang pemeran di sebuah pementasan bernama kehidupan dunia.
Seperti yang telah aku katakan di atas, aku telah merelakan
seseorang pergi. Aku tidak tahu kapan tepatnya, karena aku gak begitu detail
mengingat hari dan tanggal, yang teringat hanya memori dan kenangan. Berawal
dari kegiatan ospek di kampus ku. Aku kuliah di salah satu universitas swasta
di Kota Malang. Hanya sekedar kenal dengan dia, sebut saja Kak Nuke. Kenal
karena mahasiswa baru memang harus menghafal nama kakak tingkat dan meminta
tandatangan nya.
Sebulan berlalu. Kegiatan Ospek pun juga berlalu. Aku sama
sekali tidak kepikiran untuk mengenal Kak Nuke lebih jauh meskipun aku suka
dengan sisi luarnya Kak Nuke. Aku bukan cewek popular dan mencari muka dengan
kakak tingkat. Cis. Aku benci mengakui kalo memang aku adalah cewek biasa, amat
biasa, bahkan tak ada istimewa nya aku dengan cewek-cewek popular yang lain.
Setelah kegiatan Ospek, para maba (mahasiswa baru) harus dan
wajib hukumnya mengikuti Student Day. Ini seperti kegiatan Class Meeting di SMP
dan SMA. Awalnya lomba antar Kelas, Jurusan, Fakultas yang dinamakan Rektor Cup. Entah hanya di kampus ku atau
kampus lain memang ada acara seperti ini. Hampir semua anak bersemangat
menyambut Student Day, semua ingin berpartisipasi dan menunjukkan bakat di
bidang masing-masing.
Aku? Pastinya juga tidak ketinggalan. Entah kenapa aku
dipilih oleh teman-teman untuk mewakili Lomba “Speech in English”. Dengan
senang hati, aku terima dengan apa adanya karena mungkin, hanya itu keahlianku.
Pandai berbicara menggunakan Bahasa Inggris.
Apakah ini kebetulan atau sengaja dirancang oleh Tuhan?Aku
tak tahu. Sebelum aku tampil, aku dihampiri oleh seorang cowok. Tak terlalu
tinggi, tak terlalu pendek, berat badan nya seimbang dengan tinggi badan nya,
berkacamata, berjenggot tipis, membawa gitar dengan aroma parfum AXE Cokelat
dan memakai kaos HMJ. He’s Kak Nuke. Kehadiran Kak Nuke di belakang panggung
membawa dampak yang buruk. Jarang tubuh ku ini menstimulassi adanya demam
panggung dan sejenisnya, tapi Kak Nuke berhasil membuat itu.
Dengan kaki yang gemetar, tangan basah dengan keringat, dia
membuka percakapan dengan ku.
“Eh dek, mau tampil yah?”
“Iya kak, aku mau pidato bahasa inggris.”
“Dari ke;as D yah? Aku mengiringi gitar buat teman mu nyanyi
loh?”
“Oh ya? Oh”
Aku salah tingkah, aku bingung harus menjawab apa.
“Nama kamu siapa, dek?”
Mampus! Kak Nuke tanya nama ku, dia beneran ingin kenalan apa
hanya kepo sih? Batin ku dalam hati.
“Engg, nama ku Al, eh Aldike maksudnya.” Aku mencoba
tersenyum walau hati uda tidak berbentuk sempurna saking senengnya.
“Aldike? Kamu blogger yah? Kayaknya aku pernah nyasar di
blog mu. Hehe, nama ku Nuke.”
“Hngg, nyasar di blog
yah? Kok gak nyasar di hati ku aja”, umpat ku dalam hati.
“Oh iya kah? Ha ha,
Ya sudah dulu kak, aku mau tampil.”
“Good luck yah”
Aku hanya membalas dengan senyuman.
Setelah aku berpidato, giliran Kak Nuke dan perwakilan dari
kelas ku untuk menyumbang sebuah lagu. Ku lihat dari kejauhan, Kak Nuke
menikmati sekali ketika memetik gitar di tangannya. Aku terpaku dengan
permainannya. Ah, sungguh indah hari itu.
Beberapa hari kemudian, notifikasi di SmartPhone ku
berbunyi. Ternyata ada yang mengikuti ku di twitter. Aku cek bio nya. Oh Tuhan!
Kak Nuke is following me on twitter. Awesome! Aku berpikir, apa yang mebuatnya
dia seperti ini? Tak berapa lama, ada mention dari dia yang meminta follback.
Dan dari situ, kita keseringan main twitter, walau hanya sekear tanya kabar
atau hal yang gak penting lainnya.
Apa aku sudah mulai merasakan kehadiran Kak Nuke? Dia yang
selalu ada di Timeline ketika aku log in twitter. Mungkin iya, mungkin hanya
kagum, atau mungkin malah hanya seorang teman. Mengira, menaksir dan
menghitungkan segala tanda-tanda yang dia berikan. Entahlah, aku juga tak tahu.
Aku hanya mengikuti arus sungai yang tenang.
Setelah sekian lama aku dan Kak Nuke bermain lewat mention
twitter, aku mencoba meminta nomor hape dan Pin BB dengan alasan agar
percakapan kita lebih privasi, dan tak lama Kak Nuke memberikan nya lewat DM.
Dan kisah cinta ku mulai tumbuh bersemi dimulai dari sini. Semakin lama aku
terlena oleh kegiatan bertukar pesan ini. Tak lupa aku juga selalu titip salam untuk Kak Nuke,
lewat Firda. Sahabat ku yang sering bertemu Kak Nuke karena memang mereka
anggota HMJ.
Kira-kira sebulan kemudian, aku mendapati kabar yang kurang
enak. Vira, sahabat ku yang lain memberitahukan ku bahwa Kak Nuke suka sama
Firda. Ini terlihat di dalam postingan Kak Nuke yang secara terang-terang an
mengungkapkan perasaan nya. Jadi selama ini, Kak Nuke dekat dengan ku agar bisa
mendekati Firda? Hai air mata, jangan lah kau menetes! Jangan, jangan! Aku
berteriak dalam hati. Tapi air mata tidak menuruti perkataan ku, dia lebih
memilih menuruti perasaan ku. Di pundak Vira, aku menangisi kebodohan ku.
Setelah kejadian itu, aku merenggangkan diri dengan Kak
Nuke. Kita tidak seintim dulu, banyak pesan dan chat yang jarang aku balas.
Karena memang hati ini malas untuk menjawab semuanya. Aku tidak menjauhi
Firda, bagaimanapun dia sahabat ku yang baik, selalu menolong ku. Tak mungkin
hanya masalah ini dia jadi tidak berteman lagi dengan ku. Aku hanya bisa
menyalahkan diri ini. Begitu bodohnya sehingga menjadi batu loncatan.
Hai Kak Nuke, pemeran utama dalam drama ku yang disutradarai
Tuhan. Meskipun aku tak berakhir dengan mu, aku tak mengapa. Malah aku
berterimakasih kepadamu karena beberapa bulan yang lalu kamu mengajarkan aku
banyak hal. Dari musik, blog, sampai pelajaran di perkuliahan. Aku tidak
munafik. Kadar cinta ku tak sehebat dulu, kesabaran ku tak setegar dulu. Tetapi
aku masih mencintai proses kita, aku mencintai kenangan kita, aku mencintai
memori kita. Unforgettable. Yeah, I see.
Sekarang, aku telah menemukan pemeran
penggantimu. Dia figuran, dia tak sehebat dirimu dalam memainkan peran. Tetapi
figuran ini tangkas dalam mengambil serpihan hati ku yang rapuh oleh dirimu,
dia juga berusaha menyatukan nya dan mengobati nya sampai sembuh. Bagiku, saat
ini, dia baik.
Pesan terakhir ku untuk mu, kak. Walau cinta ku tak kamu
balas dengan cinta, tapi aku bahagia bisa kamu balas dengan rasa sayang antara
saudara. Terimakasih :’)
NB : Judul cerita ini sama dengan judul buku Jamban Blogger dan diikutsertakan dalam tematicblogJB