|
Coban Jodo (photo : topek) |
Halo, kisanak!
Sudah lama aku tidak update di blog. Aku memang blogger
murtad. Huhu. Sekarang aku mau membagikan sebuah kisahku di blog. Kali ini
bukan cerita roman melainkan cerita travelling
ku ke Kabupaten Malang.
Well, sebenarnya banyak
banget wisata alam yang belum terjamah di Kabupaten Malang. Aku bilang ‘wisata alam’
karena memang 100% alam. Wisata yang bisa membuat kalian memasuki hutan,
melewati sungai dengan trek yang cukup menantang.
Entah sejak kapan aku
suka dengan ‘wisata alam’ ini. Mungkin sekitar 6 bulan yang lalu. Sejak SMA,
aku memang sudah suka dengan wisata alam, tapi wisata alam yang mudah ditempuh
dengan kendaraan. Seperti pantai. Hampir semua pantai mainstream di Kabupaten
Malang sudah aku datangi. Bisa dikatakan aku lebih suka jadi anak pantai haha.
Itu berubah sejak Aldo, temenku, mengajak aku ke Gunung Bromo.
FYI aja nih, aku anak
Malang tapi selama hidup baru sekali ke Bromo, dan itupun diajak dengan sedikit
persiapan. Cupu banget yak? Setelah itu ada Mas Dimbo yang ngajak aku ke Budug
Asu, Singosari. Budug Asu ini bukit di kawasan Gunung Arjuno dengan ketinggian
sekitar 2000mdpl. Mugkin dari sini lah aku ingin mencoba ‘wisata alam’ dengan
sedikit pengorbanan di perjalannannya.
So, pada akhir Juli
2017, aku, Aldo, Mas Dimbo dan Topek berencana menjelajahi hutan kawasan Gunung
Bromo. Kami akan menuju Coban Jodo. Bukan berarti kita akan bertapa dan
tiba-tiba jodoh datang. Tidak.
Coban Jodo terletak di
Desa Ngadirejo Kecamatan Jabung Kabupaten Malang. Cari di GMaps masih
terdeteksi kok hehe. Masuknya melalui Kecamatan Tumpang, sekitar 40 menit dari
Kota Malang (kalo bawa motor dan ngebut). Begini patokannya : setelah gapura Tumpang > belok kiri ikutin jalan > sampai nemu pertigaan belok kanan (kalo lurus ke Coban Jahe) > ikutin jalan terus, banyak plang mengarahkan ke
Coban Jodo (kalo takut nyasar, disana masih ada penduduk ramah yang bisa
ditanyain masalah jodoh Coban Jodo).
Setelah melewati
perkampungan, jalan menuju TKP memang sedikit terjal, dengan kanan-kiri
disuguhi pemandangan perbukitan dan hutan pinus. Sampai di parkiran, motor
diparkir (yoiyolah!) and the adventure’s begin!!!!
|
Jalan panjang menuju langit biru (in frame : aku dan mas dimbo. phooto : topek) |
Kami datang pukul 10.30
WIB. Dimulai memasuki hutan dengan jalanan turun, trus naik, agak licin, Mas Dimbo
kepleset tapi tetep cool, Aldo yang berjalan paling belakang, dan Topek yang
membawa kamera. Kata bapak-bapak di parkiran tadi, sebelum ke Coban Jodo akan
ada 4 coban dan Coban Jodo adalah coban kelima alias terakhir.
Namanya masuk area
hutan, aku sedikit takut sih jika tiba-tiba ada harimau atau cheetah. Haha. Yo
gak lah, ini seperti hutan hujan yang lembab, ga mungkin ada harimau atau
cheetah. Ketika sampai di sungai, kami istirahat dan melepas sepatu
masing-masing (kami lebih sayang sepatu daripada kaki emang). Kami ganti sandal
jepit karena treknya sudah memasuki sungai-sungai.
Waktu berlalu,
sampailah kami ke coban pertama. Kalo menurutku ini bukan coban sih, Cuma kayak
gemricik air jatuh dari bukit. Tak lama juga kami sampai ke coban kedua. Airnya
lumayan deras, tapi gak terlalu tinggi. Untuk meneruskan perjalanan, hanya ada
satu jalan setapak yaitu melewati sebelah coban itu tadi. Jadi aku bisa melihat
bagaimana hukum alam berlangsung, yaitu air mengalir dari tempat yang tinggi ke
rendah. Woah! Aku pinter IPA ternyata.
|
coban kedua (photo : topek) |
Sekitar pukul 11.30
WIB, kami sampai di coban ketiga yaitu Coban Arema. Jangan tanya kenapa karena
kami juga gatau kenapa dinamakan Coban Arema. Disini kami foto-foto bentar,
mengingat masih ada perjalanan yang harus ditempuh.
|
aldo - dike - mas dimbo - topek (photo : kamera topek yang ditaruh di atas bangkai kayu)
|
|
Jembatan bambu handmade (photo : topek) |
|
Jalan setapak pinggir sungai |
Setelah beberapa kali
menyeberangi sungai, melewati jembatan bambu handmade yang dibuat oleh warga
sekitar, sampailah kami di area coban keempat dan coban kelima. Eh belum ding,
sebenarnya coban keempat dan kelima ini masih ada dibalik bukit gitu. Tapi
suara jatuhnya air sudah terdengar. Karena aku yang ada di depan barisan
pasukan perjalanan ini, aku sedikit berlari dan berteriak. Benar, coban keempat
dan kelima sudah terlihat. Yeah, I finally did it meskipun agak sedikit capek.
|
Pemandangan Coban Jodo dari jauh (photo : topek) |
Capek? Tapi kayaknya
semua itu bener-bener terbayar lunas ketika melihat air terjun, suaranya,
hawanya, semilir anginnya. Hmmmmmmm. Alam memang mempunyai daya tarik
tersendiri. Kami tiba sekitar pukul 12 kurang, aku tidak memperhatikan jam
karena terlalu senengnya liat pemandangan ini.
|
Coban keempat sebelum Coban Jodo (photo : topek) |
Jam 13.30 WIB, kami kembali.
Jangan ditanya kami selama disana ngapain aja. Kami bersenang-senang,
foto-foto, main air, makan jajan, foto-foto lagi, main air lagi sampe puas.
Perjalanan pulang dengan baju yang basah, karena kami berpikir untuk ganti di
tempat yang aman dan kering aja. Percuma juga kalo ganti di area Coban Jodo.
Saat
kami kembali ke parkiran awal, jam sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB, ditandai
dengan adzan ashar. Kami istirahat sejenak, bapak-bapak di parkiran baik
banget, kami diberi ketela rebus, atau istilahnya pohong godhok haha.
Setelah sedikit
cerita-cerita dan melepas penat, kami pun kembali ke Malang dengan banyak stok
foto untuk Instagram haha.
Tips bagi kalian yang
ingin menengok Coban Jodo :
- Bawalah pakaian
ganti yang cukup dengan satu tas. Jangan bawa banyak barang karena menyusahkan
kalian ketika perjalanan.
- Satu tas harus
bisa cukup dengan pakaian ganti, handuk (jika perlu), jajan, air minum dan
sandal.
- Jika ga pengen
ribet bawa sandal, pakailah sepatu boot yang nyaman, bisa masuk air dan ga
licin jika kena lumpur.
- Bawalah garam
atau tembakau dari rokok yang dijual di warung Bu Inem. Ini untuk mengambil
lintah yang bisa-bisa menempel pada kulit.
- Bawa kamera atau
hape yang berkamera karena disana ga ada jasa foto keliling siap cetak.
- Biasakan pamit
kepada orang tua, wali, pacar, teman sekosan atau siapapun yang dekat dengan
kalian.
- Satu lagi, ini
memang rada aneh tapi cukup masuk logika. Sering-seringlah mengucapkan salam
ketika lewat satu hutan, karena disana pasti ada yang menempati. Bilang aja
dalam hati kalo kalian hanya ingin bersenang-senang tanpa ada niat jahat atau
buruk.
Biaya ke Coban Jodo :
Bensin (bisa patungan kalo boncengan) Rp
20.000
Snack (bisa patungan
juga) Rp
25.000
Biaya masuk dan parkir
(per satu motor) Rp
15.000
Makan siang (kalo
bener-bener laper) Rp 15.000
Total Rp
75.000
Semoga tulisan ini bermanfaat, sampai jumpa di lain kesempatan, bye..