Dua hari setelah
kejadian itu, kak Satria dipindah ke Rumah Sakit yang lebih besar dengan fasilitas
yang lebih memadai daripada di klinik sebelumnya. Rumah Sakit ini milik salah
satu kampus di Malang. Halamannya tak cukup besar, namun cukup untuk menampung
mobil ambulance dan beberapa kendaraan. Untungnya, di Rumah Sakit ini tidak ada
jam berkunjung. Namun, aku memang bukan seorang yang akan menjenguk, tetapi aku
penjaga dan pendamping kak Satria. Setidaknya ketika dia sakit.
Menurut hasil analisa
Dokter, kak Satria terkena Tipes, yah mungki sedikit kelelahan setelah seminggu
berkutat dengan pekerjaannya.
Pagi itu, udara di
Malang terasa lebih dingin dari biasanya. Sejak shubuh, Malang diguyur gerimis
sedang. Aku melihat kak Satria sedang tidur di ranjang kelas 1 ini.
Cari sarapan dulu, deh.
Sebenarnya, aku tidak
terlalu nyaman berada di Rumah Sakit. Bau obat, suara ban kursi roda atau
ranjang dorong, dokter atau ahli medis lain yang memakai masker hijau tipis.
Mungkin karena saat Sekolah Dasar dulu, aku pernah masuk meja operasi untuk
operasi sendi lengan kiri, atau mungkin ketika aku mengintip Ibu menangis
ketika melahirkan adik, itu terlihat sangat menyedihkan. Bisa juga karena aku
terlalu banyak film horror dengan setting Rumah Sakit. Entahlah apapun itu.
**
“Darimana saja?” ucap
kak Satria dalam posisi sudah bangun dari tidurnya. Dia mencoba duduk. Di
samping ranjangnya sudah terlihat menu sarapan, juga obatnya.
“Cari sarapan,” ujarku
enteng.
“Upil kecil! Masih
sempat makan ketika aku sedang sakit ya? Dasar cacingan!”
“Ih, ini kan emang
jamnya sarapan kak! Btw aku gak cacingan ya? Dan kalo misalnya aku gak makan
terus sakit, siapa yang ngerawat aku? Kan kamu juga sakit, kak!” aku mendengus
sebal. Aku meletakkan nasi pecelku di meja, dan aku duduk di kursi.
Enaknya kelas 1, tidak
ada tetangga pasien berisik dan berubah jadi
zombie (mmm, mungkin ini khayalanku saja). Sekamar hanya ada ranjang kak
Satria saja.
Pagi itu, aku dan kak
Satria sarapan dengan menonton film 500 Days of Summer dari laptopku. Sengaja
aku bawa ke Rumah Sakit untuk mencairkan kebosanan.
**
“Abl hatbl thifbbl
pelmbl”, aku berkata sambil meminum air.
“What?”
“I hate this film, you
know.”
“Kenapa? Yang jadi Tom
Hansen ganteng, yang jadi Summer juga ganteng. Biasanya kalo kamu menemukan
film dengan pemeran yang cakep pasti suka”
“Yeeee, bukan gitu
lagi, kak. Aku gak suka sama karakternya Summer”
“Hmm”
“Okelah Summer itu
cantik. Ideal, everything she do is magic, sosok wanita idaman. Tetapi, aku
merasa dengan dia merasa cantik, dia bisa seenaknya sendiri. Tom hanya korban
perasaannya. Setiap hari telepon, bilang sayang, melakukan semua yang dilakukan
oleh kebanyakan pasangan, tapi mereka tanpa status. Alasannya Summer, dia tidak
suka punya hubungan dengan lawan jenis karena hubungan itu complicated baginya.
Tapi nyatanya? Dia menikah dengan orang lain. Bangkeeee kan?”
“Hmm, terus?”
“Ya seenaknya jidat
aja. Berpelukan dan berdansa sama Tom, setelah lama gak bertemu. But in fact,
Summer punya kekasih yang akan dinikahi. Ketika ditanya Tom ‘Why’d you dancing
with me?’ dan Summer cuma jawab ‘Cause I wanted it too’. Dasar, emang gitu ya kalo cwek cantik. Boleh ngelakuin apa aja yang dia inginkan! Sebel deh.”
Aku kesal memang.
Namun, mungkin ini emang tujuan dari Sutrada dalam menyampaikan pesan dari film
ini.
“Oke, girl. Tapi
setelah dia berpisah dengan Summer, Tom lebih bangkit. Akhirnya dia bisa
bekerja sesuai passionnya, menata hidupnya lagi yang dulu biasa-biasa saja
sebagai karyawan. Mungkin di hari-hari awal sulit untuk dilaluinya, toh seiring
berjalannya waktu, Tom bertemu dengan gadis lain, yang tidak PHP seperti
Summer.
Itulah arti dari
pertemuan, nduk. Terkadang, there’s a
couple with million days spend together with, if God say no, they’ll separate.
Tapi Tuhan memberikan jalan seperti itu, bukan tanpa alasan. Pasti ada sesuatu
yang bisa kamu pelajari, when you’re with him, or not.”
Aku terdiam. Meresapi
apa yang dikatakan kak Satria.
 |
Dont you worry, chlid. See heaven got a plan for you (Lyryic by Swedish House Mafia) |
Jarum jam menunjukkan
pukul 11 siang. Waktunya berganti shift dengan Fahri, adiknya kak Satria.
Thankyou, kak. Setelah
menonton film ini, aku belajar sesuatu.
Aku mengendari motor
bebekku dan pulang ke rumah
**
Memang benar apa yang
dikatakan kak Satria. Tuhan punya niat sendiri, mengapa kita dipertemukan,
dibuat bersama, dan akhirnya dipisahkan. Sesungguhnya, Tuhan tidak berencana
untuk menyakiti semua ciptaannya Contohnya gini deh, kalian disuruh buat
prakarya dari barang bekas. Kalian adalah penciptanya, dan prakarya itu adalah
makhluknya. So, apa kalian sampai hati merusaknya? Sudah susah-susah dibuat, eh
malah dihancurin begitu aja. Gak, kan?
Yes, Tuhan seperti itu.
Dia punya rencana yang baik. Bagi kalian, who feeling down cause broken heart,
college problem, or anything, remember that God loves you very much. Very very
much. You know what, Tuhan gak akan ngebiarin hambanya berada di jalan yang
salah, dia pasti akan mengubahnya. Mungkin kalian berdoa ‘Ya Tuhan, kenapa
engkau beri aku rasa sakit ini?’, tahukah kamu bahwa sebenarnya, Tuhan juga
tidak ingin melihat kalian menangis. Well, absolutely, God answers ‘Be patient,
kids. I’ve surprise for you.’ Once more, menangislah sewajarnya. Don’t overact,
it can be God jealous.
Tuhan mungkin cemburu,
dengan kamu menangisi sesuatu di dunia saja, tidak menangisi untukNya. Actually,
God gave a some problem. In order that make you stronger, wiser, more patient
and lebih dekat denganNya.
What we do is just pray
to God, for given the best.
#30daysWritingChallenge